Langsung ke konten utama

Not About The Cover, It's All About The Value




Gak selamanya orang yang tampak berandalan adalah orang yang gak punya masa depan dan pandangan hidup. Saya mempunyai seorang teman yang tampak sangat berandalan dari luar tapi dia ternyata cerdas. Pandangan hidupnya jelas. Pendiriannya teguh. Pikirannya jauh dari penampilannya. Dan dia sekolah di sekolah impian saya. Sekolah tempat Habibie pertama kali belajar tentang cara membuat pesawat. Dan hal itu menandakan bahwa otaknya tidak kosong. Dia membuktikan bahwa penampilan tidak selamanya benar. Jika saya tidak mengenalnya mungkin saya berpikir bahwa dia cuma berandalan yang kerjanya hanya mengganggu masyarakat. Tapi dia dengan telak menunjukkan bahwa saya salah besar!

Saya juga mempunyai teman perempuan yang merokok, ya dia merokok, dan dia tidak berkerudung. Dia modis. Dia sering pulang malam. Tapi apakah saya boleh langsung menilai bahwa dia tidak baik? Bahwa dia adalah perempuan nakal? Sebelum kita menilai biarkan saya mengatakan sesuatu tentang dia. Dia adalah perempuan yang saat SMP masuk kelas akselerasi. Waktu SMA dia adalah anak AFS, mengikuti pertukaran pelajar ke Amerika selama setahun. Dia diterima di jurusan yang mentereng di salah satu universitas yang terbaik di Indonesia. Dan dia selalu mendapat IP diatas 3.7. Selain prestasi-prestasi itu dia adalah orang yang sangat peduli. Dia tidak pernah bilang tapi saya sering melihat dia memberi sedikit uangnya pada pengemis. Saya sering mendengar dia menelpon ibu atau adiknya dan menyakan kabar mereka. Saya tahu bahwa dia melakukan semua ini untuk keluarganya. Jangan tanya darimana saya tahu, saya hanya tahu saja. Dan setau saya dia tidak pernah meninggalkan sholat. Dan dia pulang malam karena dia harus mengajar. Dia adalah seorang guru privat. Dia sudah bisa menghasilkan uang sendiri mungkin saat anak lain yang seumuran dia masih meminta pada orang tuanya.

Ya, teman-teman saya itu benar-benar menyadarkan saya bahwa kita tidak boleh menilai seseorang hanya dari penampilan luarnya saja. Teman saya yang tampak berandalan itu bisa saja lebih baik daripada orang lain yang berpenampilan rapi dan tampak berkelas. Teman perempuan saya bisa saja lebih baik daripada saya yang tidak merokok dan berkerudung ini. Kita tidak bisa menilai seseorang buruk hanya dari satu atau beberapa sisi jeleknya saja. Kita harus melihat dia secara menyeluruh, kita harus mengenal dia terlebih dahulu. Kita harus mengerti dan memahami dia sebelum memutuskan untuk menilainya. Karena penampilan memang benar-benar bisa menipu. Penampilan hanya penilaian mata. Kita harus bisa menilai seseorang dengan hati. :)

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

You

Hmm pertama-tama makasih dulu buat mama ayah yang gak cape-capenya nyemangatin anak sulungnyanya ini dalam ngejalanin apapun di hidupnya. makasih buat adek-adek saya yang gak ada matinya baik banget dan selalu manjain kakak mereka ini. makasih buat semua sahabat dan temen-temen ku yang adolescence , untuk semua kesabarannya mengahadapi aku yang ribet dan sok tau.  Ya, gabisa bohong kalo aku emang orangnya milih temen, hem iyanih ya, temen. Sebenernya aku ngebagi zona pergaulan itu jadi lima. Pertama adalah gak kenal, nah ini isinya orang-orang yang aku gak tau sama sekali, mungkin gampangnya, orang-orang yang gapernah ketemu sama aku. Yang kedua itu kenal. Ini  nih yang paling banyak, menurutku kalo kamu sekedar tau tampangnyanya, atau tau namanya, atau mungkin sering ngobrol atau mungkin juga berantem dan sebel-sebelan, itu masuknya ke zona ini, bukan masuk ke zona ketiga yaitu temen. Menurutku yang namanya temen itu harus kenal kamu luar dalem, bukan sekedar i...

Deadline Tugas !!

Hei,, Cuma mau bilang nih,, tugasku udah bertumpuk-tumpuk sekarang. hahaha :D And i dont know,, from where i must to start.. -.-" hmm,, jadi inget kisah ibnu sina nih.. dia gak pernah mengeluh dalam menghadapi masalah. Saat dia udah bosen, udah ngantuk, udah jenuh dalam menyelesaikan persoalan, dia akan mengambil air wudhu dan sholat sunnah. Hal itu dia lakukan berulang-ulang sampai dia benar-benar udah gak kuat lagi. Dan lihat, Allah memberi kemudahan pada Ibnu Sina. Allah memberikan mimpi yang merupakan jawaban dari persoalan yang sedang beliau hadapi. :) Aku juga inget Sukma. Aku bertemu dia saat angkatanku ngadain bakti sosial di panti asuhan di daerah depok. Sukma udah yatim piatu dari kecil. Dia bahkan gak tau siapa orang tuanya. Tapi dia gak berlarut-larut dalam kesedihan. Dia bangkit. Dia rajin sekolah, bahkan menduduki peringkat 1 di sekolahnya. Dia punya cita-cita. Dia pengen jadi dokter. Aku terharu melihat semangatnya yang begitu tinggi dalam menuntut ilmu. :...