Langsung ke konten utama

More Than Words



Sebenarnya sudah lama aku ingin membahas topik ini. Tapi sayangnya, dulu aku tidak mempunyai blog sehingga aku tidak bisa berbagi pikiranku dengan kalian. Now, I want to write my opinion about the simple thing called “Word”.

Saat awal-awal menjadi maba dulu, aku merasa sangat excited. Perasaan seperti, “Wow! Aku berada di Jakarta sekarang! Aku berada di pusat segala kegiatan di Indonesia. Aku akan belajar di salah satu Universitas terbaik di Indonesia!”, membuatku sering menjelajahi UI. Aku ingin tahu, seperti apa sih kampus UI itu? Seperti apa kegiatan para mahasiswa berjaket kuning itu? Apa sih bedanya dengan yang lain? Atau sama aja?

Sampai suatu malam saat aku akan pulang ke asrama setelah seharian di kampus, aku melihat beberapa mahasiswa berjaket kuning di stasiun UI yang sedang melakukan orasi. Jumlah mereka tidak terlalu banyak, hanya sekitar 10 orang. Karena penasaran, aku pun mampir sebentar untuk melihat, apa sih yang sedang mereka bicarakan?

Ternyata, mereka sedang membicarakan tentang ketidakpedulian pemerintah kepada rakyat miskin. Tentang undang-undang dan peraturan yang banyak memihak pada golongan elit, dan tentang banyaknya anak-anak terlantar yang tidak sekolah. Bukankah dalam UU juga disebutkan bahwa anak terlantar dipelihara oleh Negara? Tapi buktinya mana? Kira-kira itulah yang menjadi topik bahasan mereka kali ini. Walaupun aku bukan bagian dari mereka, aku juga ikut merasakan euphoria itu. Aku bisa merasakan semangat mereka dalam mebela rakyat kecil. 

Saat sedang seru-serunya melihat orasi tersebut, seorang anak menghampiriku.
“Kak, beli korannya kak..”  anak itu menawarkan setumpuk koran padaku.
“Maaf dek, nggak..” aku menolak sambil tersenyum minta maaf.
Lalu anak kecil itu pun berlalu. Sementara AKU? Aku hanya diam sambil memandang kepergiannya, juga anak-anak penjual koran yang lain, bapak-bapak tua penjual tisu, abang-abang gorengan, dan ibu-ibu tua yang sedang duduk di pojok stasiun dengan beralaskan koran dengan baskom di depannya. Bukankah mereka termasuk dalam golongan rakyat miskin dan anak terlantar yang sedang di sebut-sebut dalam orasi mahasiswa tersebut??

Tapi lihat apa yang mahasiswa tersebut dan AKU lakukan? Kami terlalu sibuk berorasi sehingga tidak melihat bahwa disekeliling kita banyak rakyat yang perlu dibantu. Aku dan para mahasiswa itu sudah terlalu banyak berkata-kata, tetapi masih minim dalam melakukan tindakan nyata. Masih minim dalam mengimplementasikan kata-kata yang kita keluarkan menjadi suatu real act yang bisa berguna. Aku dan mahasiswa-mahasiswa tersebut terlalu terlena dengan kegiatan yang bernama “DEMO”, ”PROTES”, ”ORASI”, atau apapun kalian menyebutnya. Aku tidak berkata bahwa kata-kata itu tidak penting. Kata-kata itu sangat penting. Ir.Soekarno dan Barrack Obama tidak akan menjadi setenar sekarang tanpa kehebatan kata-kata mereka. Tapi yang perlu dicatat, mereka tidak hanya berkata-kata. Mereka juga melakukan tindakan untuk membuktikan kata-kata mereka.

Jadi menurutku, sebagai mahasiswa kita boleh melakukan demo dan protes jika ada  sesuatu yang kita anggap salah. Tapi ayo! Kita juga harus bertindak untuk mengatasi masalah tersebut. Melakukan tindakan yang bisa kita lakukan dengan kapasitas kita sebagai mahasiswa. Kita tidak perlu berpikir terlalu jauh mengenai UU atau PerPu atau apapun yang bukan menjadi kewenangan kita. Biarlah itu menjadi urusan petinggi Negara dan kita hanya bisa berharap mereka melakukannya dengan hati nurani.

Tapi walaupun begitu, kita mahasiswa bisa melakukan sesuatu yang lain. Jika Negara lambat dalam menangani anak-anak terlantar, kita bisa memberikan ilmu yang kita punya kepada mereka. Jika Negara lambat dalam menangani rakyat miskin, kita bisa memberikan bekal life skill kepada mereka dan membuat suatu peluang usaha dari life skill tersebut. Kita tidak perlu berpikir sesuatu yang terlalu besar untuk merubah dunia. Kita hanya perlu melakukan suatu tindakan. Tindakan yang walaupun itu hanya sebuah langkah kecil tapi mampu menjadi bukti bahwa kita tidak hanya mampu berkata-kata. Kita tidak hanya “OMDO”. Tapi kita juga bisa bertindak!!

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Not About The Cover, It's All About The Value

Gak selamanya orang yang tampak berandalan adalah orang yang gak punya masa depan dan pandangan hidup. Saya mempunyai seorang teman yang tampak sangat berandalan dari luar tapi dia ternyata cerdas. Pandangan hidupnya jelas. Pendiriannya teguh. Pikirannya jauh dari penampilannya. Dan dia sekolah di sekolah impian saya. Sekolah tempat Habibie pertama kali belajar tentang cara membuat pesawat. Dan hal itu menandakan bahwa otaknya tidak kosong. Dia membuktikan bahwa penampilan tidak selamanya benar. Jika saya tidak mengenalnya mungkin saya berpikir bahwa dia cuma berandalan yang kerjanya hanya mengganggu masyarakat. Tapi dia dengan telak menunjukkan bahwa saya salah besar! Saya juga mempunyai teman perempuan yang merokok, ya dia merokok, dan dia tidak berkerudung. Dia modis. Dia sering pulang malam. Tapi apakah saya boleh langsung menilai bahwa dia tidak baik? Bahwa dia adalah perempuan nakal? Sebelum kita menilai biarkan saya mengatakan sesuatu tentang dia. Dia adalah perempuan yang saat

King

Kita terus berasumsi Kita dua elemen yang berbeda Kau dan aku Tapi kita sama, kita pemuja alam Aku pemilik bintang, kau penguasa bumi Bawa aku meniti setiap inchi bumimu Mendaki setiap puncak gunung tertinggimu Menyelami setiap lautan terdalammu Hadapkan aku pada kesulitan Ajari aku kekuatan Pahamkan aku pada ketegaran Didik aku dengan keikhlasan pengorbanan Dan jika kita telah sampai Ikutlah denganku, genggam tanganku Terbanglah bersamaku Rasakan ketenangan langitku Nikmati kemegahan antariksaku Lihatlah dari atas betapa hebatnya bumimu Dan ambillah semua bintang yang ada Bintang kita Bintangku dan bintangmu Bintang yang paling terang Bintang dari segala bintang

You

Hmm pertama-tama makasih dulu buat mama ayah yang gak cape-capenya nyemangatin anak sulungnyanya ini dalam ngejalanin apapun di hidupnya. makasih buat adek-adek saya yang gak ada matinya baik banget dan selalu manjain kakak mereka ini. makasih buat semua sahabat dan temen-temen ku yang adolescence , untuk semua kesabarannya mengahadapi aku yang ribet dan sok tau.  Ya, gabisa bohong kalo aku emang orangnya milih temen, hem iyanih ya, temen. Sebenernya aku ngebagi zona pergaulan itu jadi lima. Pertama adalah gak kenal, nah ini isinya orang-orang yang aku gak tau sama sekali, mungkin gampangnya, orang-orang yang gapernah ketemu sama aku. Yang kedua itu kenal. Ini  nih yang paling banyak, menurutku kalo kamu sekedar tau tampangnyanya, atau tau namanya, atau mungkin sering ngobrol atau mungkin juga berantem dan sebel-sebelan, itu masuknya ke zona ini, bukan masuk ke zona ketiga yaitu temen. Menurutku yang namanya temen itu harus kenal kamu luar dalem, bukan sekedar isi curhatanmu, buka